Sabtu, 06 Juli 2024

Kenali NPD Beserta Gejala dan Cara Menghadapinya

Bahagia itu harus kita ciptakan sendiri, jangan menunggu orang lain untuk membuat kita bahagia.


“Aduh teman aku kalau berantem sukanya menang sendiri, apa itu termasuk NPD?”

“Kalau teman aku sih seneng banget kalau dipuji, apa dia menderita NPD?”

“Pasangan aku suka selfie narsis apa dia menderita NPD?”  

“Tetangga aku yang kaya raya itu sifatnya superior, apa dia memiliki gangguan NPD?”

Upss, jangan terlalu cepat mendeteksi seseorang itu NPD dan langsung dijauhin, sebab kita mesti memahami lebih lanjut apa itu NPD dan harus sharing diskusi dengan ahlinya untuk mengetahui ciri-ciri seseorang mengalami NPD. 

Mungkin belakangan ini kita sering mendengar mengenai Narcissistic Personality Disorder atau NPD kembali mencuat di media sosial, namun apakah kita mengetahui mengenai NPD ini? Bagaimana ciri-cirinya seseorang menderita NPD?

Beruntung, Sabtu, 29 Juni 2024 aku mengikuti acara kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken bersama Komunitas Emak Blogger (KEB) dan Kartika yang memang kampanye tersebut berkeliling ke kota besar di Indonesia untuk mengedukasi masyarakat, khususnya para perempuan agar lebih memahami mengenai gangguan NPD dan bagaimana solusi menghadapi NPD. 

Roadshow Break The Silence : 23 Years Of Narcissistic Abuse Survivor bersama Kartika Soeminar dan Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si diselenggarakan di Hotel Santika Premier, Semarang.

Dalam acara tersebut beberapa teman-teman langsung mengambil  kesimpulan bahwa mereka juga mengalami NPD, saat mengetahui ciri-cirinya ada yang sama. 



“Kalau hanya narsis foto, itu NPD berarti saya bisa kaya dong, pasien saya banyak,” ucap Dra. Probowatie.

Jadi kalau hanya memiliki kesamaan satu atau dua ciri-ciri NPD, belum bisa digolongkan sebagai NPD, misal kita sombong atau narsis, itu juga belum bisa digolongkan NPD. Sebab namanya juga manusia tidak ada yang sempurna, pasti ada narsisnya juga. 

Sementara perempuan kelahiran Surabaya, Kartika Soeminar juga berbicara mengenai pasangannya yang menderita NPD. Pasangan tersebut awalnya melakukan love bombing, bagaimana ia mencintai Kartika secara berlebihan, memberikan rayuan, pujian dan banyak hadiah. Siapa perempuan yang tidak jatuh hati jika diperlakukan sangat manis seperti itu. 

Namun, setelah pernikahan perlahan-lahan semua sikap tersebut mulai menghilang entah ke mana, yang ada pasangan tidak memiliki empati, suka mencaci, suka manipulasi dan malah menumpang hidup pada Kartika.

23 tahun akhirnya Kartika tersadar kalau ia sudah menjalankan pernikahan yang nggak sehat, Kartika berusaha lepas dari pasangan yang menderita NPD, karena selama ini Kartika merasa nggak bahagia dan apa-apa ia harus melakukan sendiri, termasuk benerin lampu di rumah.

Kartika berpikir walaupun usianya tidak muda lagi tapi ia nggak terlambat untuk hidup bahagia. 

Tips Sehat dan Bahagia ala Kartika Setelah Ia Melewati Fase Depresi Kronis Menghadapi Pasangan NPD, yakni : 

  1. Tidak Mental Down

  2. Merubah Lifestyle lebih baik lagi

  3. Gym atau olahraga Seminggu 3X

  4. Boxing Seminggu 2X

  5. Mengatur pola makan

Setelah berpisah dari pasangan penderita NPD, Kartika juga melakukan Healing Jurnaling dan menulis buku, setidaknya untuk membantu membuang sampah di hatinya. Dan, benar saja saat bertemu dengan Kartika, pengusaha itu terlihat lebih muda dari usianya. 

Jangan Mengharapkan Perubahan Terhadap Pasangan Setelah Menikah, Tapi Sepaham dan Saling Koreksi, Jangan Juga Sampai Komunikasi Tersumbat - Dra. Probowatie

NPD merupakan salah satu penyakit kejiwaan dengan memiliki ciri utama berupa level narsistik yang berlebihan. Biasanya penderita NPD ini sering merasa superior, haus pujian dan tidak memiliki empati. Banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang terkena NPD.

Menurut psikolog senior Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si yang merupakan Kepala Humas Rumah Sakit St. Elisabeth, pengidap NPD seringkali memuji dirinya berlebihan dan cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar yang disebabkan karena pola asuh di masa kecil yang terlalu sering mendapatkan pujian berlebihan.

Inilah 5 langkah psikologis yang bisa diterapkan dalam menghadapi orang dengan gangguan NPD Menurut Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si, yakni :

  1. Menerapkan Batasan 

Menerapkan batasan dengan memperkuat diri sendiri untuk tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD. Bisa juga bersikap apatis atau cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi terhadap mereka juga merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan mental kita. 

  1. Afirmasi Positif

Jangan lupa berikan stimulus energi positif untuk diri sendiri setiap harinya. Ucapkan kata-kata yang menguatkan mental seperti “Saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua.” Walaupun kalimat tersebut terdengar sederhana, tapi kalimat ini memiliki kekuatan untuk mengubah hidup menjadi kuat. 

  1. Journaling

Salah satu bentuk Journaling yang bisa dicoba adalah terapi kertas. Caranya juga sangat mudah, ambil secarik kertas yang sudah tidak terpakai lagi, kemudian ambil spidol boleh warna warni, kemudian tulislah luapan emosi isi hati yang sedang dirasakan saat itu terhadap orang NPD, selanjutnya robeklah kertas tersebut dan buang. Terpi tersebut dianggap efektif untuk meluapkan rasa kesal kita terhadap pengidap NPD.

  1. Pendekatan Spritual

Kita juga dapat meningkatkan ibadah dan memohon diberikan kekuatan mental dan kesehatan jasmani dalam menghadapi orang NPD. Memohon supaya dapat membawa diri dalam segala kondisi selama berhadapan dengan orang NPD. 

  1. Konsultasi Dengan Ahli

Jangan lupa temui dan konsultasikan kesehatan mental kita sekaligus mencari tahu tentang cara menghadapi orang NPD kepada ahli jiwa. 

Intinya itu, ketika ada seseorang yang bersikap berlebihan, merugikan orang lain dan tidak memiliki empati, sudah digolongkan termasuk NPD.

Jadi sebaiknya teman-teman menghindari pertemanan yang sudah tidak sehat yak. Sekali lagi jangan pernah menyimpan sampah di hati, agar kita bisa hidup sehat dan bahagia. 


1 komentar:

  1. Ya ampun baru paham soal NPD deh, makasih infonya ya, sangat bermanfaat banget kak..

    BalasHapus