Kamis, 05 Juni 2025

Kurban Sengaruh Itu Sampai Bikin Banyak Orang Bahagia


"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)

Hari Raya Idul Adha sering kali identik dengan potong kambing, sapi, atau bahkan unta kalau di negara Timur Tengah. Di Indonesia sendiri, kita lebih akrab dengan aroma sate kambing, masakan gulai, hingga riuh panitia yang membagikan daging kurban.

Tapi, pertanyaannya, apa kurban segitu ngaruhnya, ya? Iya banget dong, karena ini bukan hanya perkara pahala atau ritual tahunan saja. Kurban itu efeknya menjalar ke banyak sisi kehidupan ekonomi, sosial, psikologis, bahkan spiritual.

1. Dibalik Pisau Tajam, Ada Jiwa yang Ditempa

Kurban itu bukan soal menyembelih, tapi menyembuhkan. Di saat kita menyerahkan hewan kurban, sejatinya kita sedang menyembelih ego, keserakahan, dan rasa memiliki yang berlebihan. Ini bukan tentang hewan, ini tentang hati.

Kita belajar memberi, bukan saat berlebih, tapi justru ketika kita merasa cukup. Kurban adalah deklarasi cinta kita pada Allah lewat keikhlasan yang nyata.

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat pada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)

2. Efek Ekonomi yang Nggak Main-Main

Momen kurban bikin roda ekonomi berputar cepat, karena akan banyak yang terbantu dari  Peternak lokal kebanjiran order, tukang rumput ladang senyum lebar, tukang jagal dan tenaga bantu panitia masjid dapat tambahan daging, penjual bumbu dapur mendadak laris, bahkan plastik dan bambu pengikat jadi incaran. Gimana menyenangkan banyak orang, kan? 

Kurban bukan hanya ibadah individual. Ia berdampak sosial ekonomi yang luar biasa masif, terutama bagi masyarakat kelas bawah.

 Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), industri ternak mengalami lonjakan permintaan hingga 30-40% menjelang Idul Adha, itu artinya, kurban menciptakan siklus kesejahteraan yang dalam bentuk yang nyata.

3. Distribusi Daging = Distribusi Kebahagiaan

Bayangkan ada keluarga di pinggiran kota yang biasanya cuma makan tempe dan sayur bayam. Tapi hari itu, mereka bisa makan daging sapi satu piring penuh. Mungkin cuma setahun sekali mereka bisa rasakan itu. Dan itu dari hewan kurban kamu. Terkadang yang kita anggap biasa, bagi orang lain bisa luar biasa.

“Siapa yang memberi makan saudaranya yang lapar, maka Allah akan memberinya makanan dari buah surga.” (HR. Tirmidzi)

Distribusi daging kurban bukan hanya tentang protein. Itu soal keadilan sosial, solidaritas kemanusiaan, dan penghapus batas antara si mampu dan tak mampu.

4. Ada yang Terhapus, Selain Dosa

Kurban mengajarkan konsep “letting go”. Melepaskan apa yang kita sayang demi sesuatu yang lebih besar. Itu sulit. 

Tapi justru di situlah letak latihannya. Dalam kurban, kita diajarkan nggak semua yang kita miliki itu benar-benar milik kita, melepaskan itu bukan kehilangan, tapi penyembuhan dan berbagi nggak mengurangi, malah menumbuhkan.

Dan siapa tahu, dari kambing yang kita lepas itu, Allah balas dengan hal lain yang lebih kita butuhkan misalnya ketenangan hidup, kelapangan rezeki yang tak terduga, atau jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi saat ini.

5. Menghidupkan Nilai Ibrahim di Dunia Digital

Di era yang semua bisa beli online, gampang transfer sana-sini, dan hidup makin individualis, sementara itu kurban jadi cara untuk berhenti sejenak dan mengingat nilai dasar kemanusiaan. 

Nabi Ibrahim nggak diperintah untuk sekadar menyembelih, tapi untuk memilih: antara cinta pada anak atau cinta pada Tuhan. Dan dari situlah kurban menjadi relevan sampai hari ini. Karena kita juga terus diuji dalam kehidupan ini.

“Kurban bukan soal jumlah, tapi sejauh mana kita rela memberi yang terbaik yang kita miliki”

6. Kurban Modern Itu Bukan Cuma di Masjid Dekat Rumah Saja.

Sekarang kurban bisa online, lewat lembaga terpercaya, bahkan dikirim ke daerah terpencil yang belum pernah lihat sapi segar, artinya, peluang pahala makin terbuka lebar.

Beberapa lembaga bahkan punya program kurban ke Gaza, Afrika, atau pedalaman Indonesia, yakni Dompet Dhuafa. Ini bukan hanya soal menyembelih, tapi juga menyentuh. Dan jangan takut nggak kebagian pahala kalau kurbannya bukan di halaman masjid sendiri. Karena yang Allah nilai bukan lokasi, tapi niat dan manfaatnya.

7. Anak Muda dan Kurban: Saatnya Melek dan Bergerak

Ada anggapan: “Ah, kurban nanti aja kalau udah kerja tetap.” Padahal, kurban bisa dilakukan patungan. Bahkan anak SMA atau mahasiswa bisa kok ikut andil, walau separuh kambing.

Bagian paling penting bukan besar kecilnya hewan, tapi besar kecilnya niat. Bayangkan kalau generasi muda ikut terlibat, mereka belajar ikhlas, belajar berbagi dan belajar bahwa ibadah bukan hanya shalat dan puasa, tapi juga sosial. Kurban jadi ajang pembelajaran hidup, bukan cuma event tahunan.

8. Jangan Cuma Jadi Penonton

Tiap tahun, ribuan hewan disembelih, tapi jangan sampai hati kita tetap keras. Jangan cuma jadi saksi mata, tapi jadilah pelaku ibadahnya. Kalau belum bisa kurban sendiri, bantu panitia, bantu bungkus daging, bantu distribusi dan doakan yang berkurban. 

Karena inti kurban bukan sekadar menyembelih hewan, tapi menyembelih kesombongan, menumbuhkan empati, dan melepaskan apa yang memberatkan jiwa.

Kurban Itu Momentum, Bukan Formalitas

Kurban adalah pelajaran tahunan yang dikemas dalam bentuk ibadah. Tapi kalau isinya cuma hanya beli kambing terus di potong dan dinikmati maka kita hanya dapat bagian kulitnya.

Mari lihat kurban sebagai pelatihan spiritual tahunan, ajang berbagi kebahagiaan dan pembersih jiwa dan sosial. Itu merupakan cara menyentuh langit lewat perantara bumi.

“Tak ada yang sia-sia dari kebaikan yang dilakukan dengan tulus, sekecil apapun ia terlihat di mata manusia.”

Seperti kita ketahui Dompet Dhuafa punya program "Sebar Hewan Kurban (SEBARAN KURBAN)", dan mereka menyebutkan bahwa masih ada lebih dari 1000 desa yang minus kurban. Beberapa lokasi yang menjadi prioritas mereka adalah:

Sumba (NTT)

Halmahera Selatan (Maluku Utara)

Pegunungan Arfak (Papua Barat),

Wajo (Sulawesi Selatan),

Wilayah perbatasan seperti Entikong (Kalimantan Barat).

Kenapa ada daerah yang jarang adanya kurban?

Karena jumlah hewan kurban sangat sedikit atau nihil, Mayoritas masyarakatnya nggak mampu berkurban atau distribusi daging nggak pernah merata.

Sebab di daerah-daerah seperti ini, daging kurban bukan cuma soal makanan enak, tapi sebagai bentuk perhatian sosial dari luar dan menjadi sarana dakwah yang sangat efektif juga simbol hadirnya keadilan dan cinta dari sesama Muslim.

Solusi Nyata  Kurban Online & Tebar Kurban Nasional

Banyak lembaga kini punya program menarik tentang kurban, salah satunya adalah Dompet Dhuafa dengan program “Tebar Kurban ke Pelosok Negeri” atau “Kurban untuk Daerah Minus Kurban” yang memprioritaskan wilayah-wilayah tadi. 

Kamu tinggal klik, transfer, dan hewan akan disembelih di tempat yang benar-benar butuh. Jadi berkurban di Dompet Dhuafa itu sangat mudah dan terjangkau, selain itu  daging kurban disalurkan sampai ke pelosok Negeri. 

Jadi, jangan lupa kurban di Dompet Dhuafa mumpung masih ada waktu dan ada promo. 

“Kurban kita bisa jadi satu-satunya momen makan daging bagi mereka. Sekali dalam setahun, itu pun kalau dapat.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar