Sabtu, 28 Mei 2022

Bicara Tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bagi OYPMK Juga Remaja Disabilitas




Hak Kesehatan seksual dan Reproduksi mungkin masih terdengar kurang familiar di Indonesia sendiri. Terlebih, mungkin hanya sedikit lingkungan yang memberikan pemahaman tentang HKSR sejak usia dini. Bahkan bagi sekian banyak orang tua di Indonesia membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hak Kesehatan seksual dan reproduksi masih terasa sangat tabu untuk dijadikan bahan diskusi dan pembelajaran sejak dini.

Dalam sebuah talkshow ruang publik KBR yang mengangkat tema Hak Kesehatan seksual dan reproduksi bagi orang-orang yang pernah menderita kusta serta remaja disabilitas dijelaskan secara detail tentang bagaimana kondisi kesadaran masyarakat Indonesia saat ini masih jauh dari kata siap untuk menghadapi hal-hal yang sesungguhnya sangat bersinggungan langsung dengan HKSR dan kebutuhan pemahaman remaja tentang semua itu.

Meskipun tidak semua orang tua mengabaikan hak Kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak-anak mereka, namun kesadaran yang masih kurang ini membuat kita sadar bahwa kita memang masih banyak PR besar yang harus segera diselesaikan. Dalam talkshow yang diselenggarakan bersama NLR Indonesia itu juga membahas pemahaman-pemahaman yang mungkin belum sampai sepenuhnya kepada semua orang tua di negeri ini.

Berbagai kesulitan dan rintangan dalam mensosialisasikan HKSR keseluruh lapisan masyarakat termasuk semua remaja di Indonesia menjadi salah satu PR besar yang harus segera ditemukan jalan keluarnya. Banyak diantaranya orang tua dan remaja, termasuk remja penyandang disabilitas yang tidak tahu harus berkonsultasi dengan siapa dan kemana. Akibatnya pemahaman mengenai HKSR menjadi tidak tersampaikan secara merata.

Founder Biyung Indonesia, Westiani Agustin sendiri mengakui bahwa layanan konsultasi semacam itu belum bisa ditemukan diseluruh wilayah Indonesia. Mungkin itu salah satu alasan kenapa pemahaman tentang Hak Kesehatan seksual dan reproduksi ini menjadi sulit tersampaikan dengan baik ke seluruh lapisan masyarakat. Padahal di balik itu semua, terlebih di masa serba cepat ini, seharusnya HKSR bisa menjadi penolong untuk semua remaja di negeri ini saat menemukan kebingungan dengan perubahan fisik dan hormone yang membuatnya merasa berbeda dari sebelumnya.

Dalam hal itu, andai saja semua orang tua sudah siap untuk menjelaskan semuanya dengan baik, maka sesuatu yang biasanya berakhir dengan kebingungan pada anak dan remaja, terlebih untuk anak penyandang disabilitas bisa teratasi dengan tepat. Kadang anak tidak terlalu nyaman menyampaikan perasaannya pada orang tua, terlebih untuk hal-hal yang bersifat pribadi. Apalagi hal semacam HKSR yang masih cukup tabu untuk dibahas secara langsung.

Bagi remaja biasa yang mampu menyampaikannya dengan Bahasa yang sederhana mungkin masih bisa teratasi dengan cepat Ketika orang tua dan lingkungan menyadari kebutuhannya. Namun bagi anak atau remaja penyandang disabilitas akan lebih sulit mengungkapkan semua keresahannya secara langsung. Untuk itu perlu inisiatif dari orang tua dan masyarakat untuk lebih peduli pada HKSR yang merata untuk semua kalangan di negeri ini.

Yang perlu disoroti lagi adalah, nyatanya di Indonesia sendiri penyebaran Informasi mengenai HKSR ini masih sangat minim, padahal semua hal sudah bisa diakses dari manapun dengan teknologi yang sangat cepat seperti saat ini. Perlu peran nyata dari semua pihak untuk bergerak bersama-sama untuk mewujudkan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi yang bisa dirasakan langsung oleh semua kalangan termasuk OYPMK serta remaja disabilitas tanpa kesulitan lagi. PR besar ini harus diselesaikan bersama dengan cara yang efektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar